16 July 2024
6 menit baca

Take Home Pay Adalah: Pengertian, Cara Menghitung, dan Faktor yang Memengaruhinya

6 menit baca

take home pay adalah

 

Take home pay atau THP adalah istilah yang tak asing di telinga, khususnya bagi karyawan maupun pemberi kerja. Meskipun secara harfiah artinya adalah penghasilan yang dibawa pulang ke rumah, namun tidak serta merta take home pay adalah gaji pokok. Berikut penjelasan selengkapnya.

 

Apa Itu Take Home Pay

 

Take home pay adalah jumlah gaji bersih yang diterima karyawan setelah semua potongan seperti pajak, asuransi, dan kontribusi lainnya dikurangkan dari gaji bruto. Konsep ini penting karena mencerminkan jumlah uang yang benar-benar dapat dibawa pulang oleh karyawan dan digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

 

Di Indonesia sendiri, take home pay merupakan pendapatan bersih yang diterima oleh karyawan setiap bulannya, setelah dikurangi komponen pengurang seperti BPJS Kesehatan, BPJS Ketenagakerjaan, dan PPh Pasal 21. Beban lain seperti utang karyawan pada perusahaan juga bisa terhitung sebagai komponen pemotong gaji.

 

Sebagai catatan, take home pay berbeda dengan gaji pokok. Gaji pokok adalah penghasilan karyawan yang besarannya ditetapkan dengan mempertimbangkan tingkat atau jenis pekerjaannya. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003, besaran gaji pokok paling sedikit 75% dari jumlah gaji pokok dan tunjangan tetap.

 

Mengapa Take Home Pay Penting?

 

Take home pay adalah komponen penting dalam kehidupan finansial setiap karyawan. Pemahaman yang baik tentang take home pay dapat membantu karyawan mengelola keuangan mereka dengan lebih efektif dan membuat keputusan keuangan yang lebih baik. Berikut adalah beberapa alasan mengapa take home pay penting.

 

  • Punya Wawasan akan Pengelolaan Keuangan Pribadi

Take home pay adalah dasar dari pengelolaan keuangan pribadi. Dengan mengetahui jumlah uang yang benar-benar diterima setiap bulan, karyawan dapat membuat anggaran yang realistis. Hal ini membantu mereka untuk mengatur pengeluaran, menabung, dan menginvestasikan uang dengan lebih baik. Pengelolaan keuangan yang baik akan membantu karyawan mencapai tujuan finansial jangka panjang mereka, seperti membeli rumah, berlibur, atau mempersiapkan dana pensiun.

 

  • Lebih Mudah Rencanakan Anggaran Bulanan

Take home pay yang jelas memungkinkan karyawan untuk merencanakan anggaran bulanan mereka dengan lebih efektif. Dengan mengetahui pendapatan bersih, karyawan dapat membagi pengeluaran mereka ke dalam berbagai kategori seperti kebutuhan pokok, tabungan, hiburan, dan lainnya. Perencanaan anggaran yang baik membantu mencegah pengeluaran berlebihan dan memastikan bahwa karyawan memiliki cukup dana untuk menutupi semua kebutuhan mereka.

 

  • Tingkatkan Kesejahteraan Keluarga

Take home pay juga mempengaruhi kesejahteraan keluarga. Karyawan yang memiliki penghasilan bersih yang cukup dapat memenuhi kebutuhan dasar keluarga mereka, seperti makanan, tempat tinggal, pendidikan, dan perawatan kesehatan. Dengan take home pay yang memadai, karyawan dapat memberikan kehidupan yang lebih baik dan stabil bagi keluarga mereka.

 

  • Tingkatkan Keberhasilan Negosiasi Gaji

Memahami take home pay sangat penting saat melakukan negosiasi gaji. Ketika karyawan memiliki gambaran yang jelas tentang berapa banyak uang yang mereka terima setelah semua potongan, mereka dapat membuat keputusan yang lebih baik saat bernegosiasi dengan calon pemberi kerja atau meminta kenaikan gaji. Informasi ini juga membantu karyawan membandingkan tawaran pekerjaan dari berbagai perusahaan dan memilih yang paling menguntungkan.

 

  • Evaluasi Penawaran Pekerjaan

Saat menerima tawaran pekerjaan baru, penting untuk mengevaluasi take home pay yang akan diterima. Gaji yang ditawarkan mungkin terlihat menarik, tetapi potongan pajak, asuransi, dan biaya lainnya dapat mengurangi jumlah yang sebenarnya dibawa pulang. Dengan memperhitungkan take home pay, karyawan dapat membuat keputusan yang lebih bijaksana tentang apakah tawaran pekerjaan tersebut sesuai dengan kebutuhan finansial mereka.

 

  • Tingkatkan Motivasi dan Kinerja

Take home pay yang memadai dapat meningkatkan motivasi dan kinerja karyawan. Ketika karyawan merasa bahwa mereka dihargai dengan adil dan mendapatkan kompensasi yang sesuai, mereka cenderung lebih termotivasi untuk bekerja dengan baik dan mencapai target perusahaan. Sebaliknya, jika take home pay terlalu rendah, karyawan mungkin merasa tidak puas dan kurang termotivasi.

 

Komponen Take Home Pay

 

Take home pay terdiri dari beberapa komponen utama, yaitu gaji pokok, tunjangan, potongan pajak, BPJS, dan potongan lainnya. Berikut penjelasan masing-masing komponen.

 

  • Gaji Pokok

Gaji pokok adalah jumlah gaji dasar yang diberikan kepada karyawan berdasarkan posisi, tanggung jawab, dan pengalaman kerja. Gaji pokok merupakan komponen terbesar dalam struktur gaji dan menjadi dasar perhitungan komponen lainnya seperti tunjangan dan potongan.

 

  • Tunjangan

Tunjangan adalah tambahan gaji yang diberikan kepada karyawan sebagai bentuk penghargaan atau kompensasi atas kondisi kerja tertentu. Beberapa jenis tunjangan yang umum diberikan adalah tunjangan transportasi, tunjangan makan, tunjangan kesehatan, dan tunjangan keluarga. Tunjangan ini dapat meningkatkan jumlah take home pay yang diterima karyawan.

 

Baca Juga: Daftar Jenis Tunjangan Karyawan dalam Suatu Perusahaan

 

  • Potongan Pajak

Potongan pajak adalah jumlah uang yang dipotong dari gaji karyawan untuk membayar pajak penghasilan. Besar potongan pajak tergantung pada jumlah penghasilan karyawan dan status perpajakan mereka. Di Indonesia, potongan pajak penghasilan diatur oleh Undang-Undang Pajak Penghasilan (PPh).

 

  • BPJS

BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial) adalah program asuransi sosial yang wajib diikuti oleh seluruh karyawan di Indonesia. Terdapat dua jenis BPJS, yaitu BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan. Potongan BPJS ini akan mengurangi jumlah gaji bruto dan mempengaruhi besarnya take home pay.

 

  • Potongan Lainnya

Potongan lainnya mencakup berbagai potongan seperti iuran serikat pekerja, cicilan pinjaman, atau potongan atas pelanggaran disiplin kerja. Potongan-potongan ini juga akan mengurangi jumlah take home pay yang diterima karyawan.

 

Cara Menghitung Take Home Pay

 

Besar kecilnya take home pay dipengaruhi oleh beberapa komponen seperti gaji pokok, tunjangan, BPJS, dan potongan lainnya. Terdapat dua pilihan cara menghitung take home pay, yaitu:

 

  • Take home pay = (Gaji pokok + Pendapatan insidentil) – (Komponen Pemotong gaji)
  • Take home pay = Penghasilan kotor – (Potongan wajib + Potongan lainnya)

 

Contoh Menghitung Rumus Take Home Pay

 

Misalnya, seorang karyawan bernama Torry memiliki komponen gaji sebagai berikut:

 

Gaji Pokok: Rp5.000.000

Pendapatan Insidentil: Rp1.000.000 (misalnya bonus atau tunjangan transportasi)

 

Komponen Pemotong Gaji:

BPJS Kesehatan: Rp250.000

BPJS Ketenagakerjaan: Rp200.000

Pajak Penghasilan: Rp300.000

 

Maka, ia akan mendapatkan take home pay dengan rumus sebagai berikut:

 

Take home pay = (Gaji pokok + Pendapatan insidentil) – (Komponen Pemotong gaji)

Take home pay = (5.000.000 + 1.000.000) – (250.000 + 200.000 + 300.000)

Take home pay = Rp5.250.000

 

Kesimpulannya, Torry akan mendapatkan take home pay sebesar Rp5.250.000.

 

Contoh lainnya, seorang karyawan bernama Samuel memiliki komponen gaji sebagai berikut:

 

Penghasilan Kotor: Rp7.000.000

 

Potongan Wajib:

BPJS Kesehatan: Rp250.000

BPJS Ketenagakerjaan: Rp200.000

Pajak Penghasilan: Rp300.000

 

Potongan Lainnya:

Pinjaman Karyawan: Rp500.000

Asuransi Tambahan: Rp150.000

 

Maka, ia akan mendapatkan take home pay dengan rumus sebagai berikut:

 

Take home pay = Penghasilan kotor – (Potongan wajib + Potongan lainnya)

Take home pay = Rp7.000.000 – ((250.000 + 200.000 + 300.000) + (500.000 + 150.000))

Take home pay = Rp7.000.000 – Rp1.400.000

Take home pay = Rp5.600.000

 

Kesimpulannya, Torry akan mendapatkan take home pay sebesar Rp5.600.000.

 

Faktor-Faktor yang Memengaruhi Take Home Pay

 

Ada beberapa faktor yang dapat memengaruhi besarnya take home pay yang diterima karyawan, antara lain:

 

  • Kebijakan Perusahaan

Setiap perusahaan memiliki kebijakan yang berbeda terkait dengan struktur gaji dan tunjangan. Kebijakan ini dapat mempengaruhi besarnya gaji bruto dan komponen-komponen lainnya.

 

  • Peraturan Pemerintah

Peraturan pemerintah terkait pajak penghasilan dan BPJS juga berpengaruh pada besarnya take home pay. Perubahan peraturan dapat mengubah jumlah potongan yang harus dibayar oleh karyawan.

 

  • Status Karyawan

Status karyawan seperti karyawan tetap, karyawan kontrak, atau karyawan paruh waktu dapat mempengaruhi besarnya gaji pokok, tunjangan, dan potongan. Karyawan tetap biasanya menerima tunjangan lebih besar dibandingkan karyawan kontrak atau paruh waktu.

 

  • Pengalaman dan Kualifikasi

Karyawan dengan pengalaman dan kualifikasi yang lebih tinggi biasanya menerima gaji pokok yang lebih besar, yang pada gilirannya akan meningkatkan take home pay mereka. Selain itu, kualifikasi yang lebih tinggi seringkali memberikan akses ke tunjangan tambahan yang tidak diberikan kepada karyawan dengan kualifikasi lebih rendah.

 

Baca Juga: 10 Tips Mengelola Gaji Pertama bagi Karyawan Baru, Jangan Sampai Salah Langkah!

 

  • Kinerja Karyawan

Beberapa perusahaan memberikan insentif atau bonus berdasarkan kinerja karyawan. Kinerja yang baik dapat meningkatkan jumlah take home pay yang diterima. Karyawan yang mencapai atau melampaui target yang ditetapkan perusahaan mungkin menerima bonus tahunan, komisi, atau bentuk penghargaan finansial lainnya.

 

  • Lokasi Kerja

Lokasi kerja juga dapat mempengaruhi besarnya take home pay. Karyawan yang bekerja di kota besar dengan biaya hidup tinggi mungkin menerima tunjangan tambahan untuk transportasi, akomodasi, atau kebutuhan hidup lainnya. Sebaliknya, karyawan di daerah dengan biaya hidup lebih rendah mungkin tidak menerima tunjangan tersebut.

 

  • Jam Kerja

Karyawan yang bekerja lembur atau memiliki jadwal kerja yang tidak biasa, seperti shift malam, mungkin menerima kompensasi tambahan. Kompensasi ini bisa berupa pembayaran lembur atau tunjangan khusus, yang akan meningkatkan take home pay mereka.

 

Baca Juga: 13 Tips Mengelola Uang THR Agar Tidak Cepat Habis dan Sia-Sia

 

Awas Investasi Bodong! Investasi #TransparanBikinAman Hanya di Bizhare

 

Seiring makin banyaknya kasus investasi bodong di Indonesia, Bizhare, platform securities crowdfunding nomor 1 di Indonesia berkomitmen untuk menjunjung asas transparansi dan keamanan secara end-to-end.

 

Melalui Bizhare, Anda dapat berinvestasi dalam aneka bisnis franchise dengan lebih percaya diri. Dukungan dari Bizhare dalam menerapkan tips-tips aman bertransaksi online, seperti menggunakan sistem pembayaran yang terverifikasi dan memeriksa track record bisnis, berhasil memberikan kepastian bahwa investasi Anda dilakukan sesuai dengan prosedur yang benar dan dijamin terhindar dari risiko penipuan.

 

Secara rutin, Bizhare juga melakukan evaluasi dan pengawasan terhadap bisnis-bisnis tersebut secara berkala. Laporan keuangan tiap bisnis juga selalu diterbitkan tiap bulan agar bisa dipantau oleh para investor.

 

Hal ini merupakan komitmen Bizhare agar para investor, baik lama maupun baru, bisa terus berinvestasi di Bizhare, karena seperti slogan andalannya, #TransparanBikinAman.

 

Baca Lengkap: Skema Investasi Bisnis & Pendanaan di Bizhare, Transparan & Aman!

 

Tak heran, berkat konsistensi Bizhare dalam menjunjung transparansi dan keamanan berinvestasi, Bizhare berhasil mendapatkan izin resmi dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dengan nomor SK: 38/D.04/2021 sebagai Penyelenggara Securities Crowdfunding. Artinya, Bizhare beroperasi sesuai dengan standar dan regulasi yang ketat.

 

Bizhare juga sudah mendapatkan Sertifikasi ISO/IEC 27001:2013 dari Société Générale de Surveillance (SGS), auditor independen yang terdaftar resmi di Kementerian Komunikasi dan Informatika RI. Dengan demikian, Bizhare memastikan bahwa data investor aman dan tidak akan bocor. 

 

Untuk informasi lebih lengkap mengenai #TransparanBikinAman, silakan tekan button di bawah ini.

 

#TransparanBikinAman Sekarang

184 Reads
Author: Diptyarsa Janardana
66 Suka