Middle Income Trap: Pengertian, Penyebab, & Solusinya
4 menit baca
Pertumbuhan ekonomi merupakan tujuan utama bagi setiap negara. Namun, di tengah ambisi untuk maju, ada ancaman yang bisa menghambat negara-negara dengan pendapatan menengah. Fenomena ini dikenal sebagai middle income trap (MIT). Mari kita telaah apa itu MIT, faktor-faktor penyebabnya, dan solusi untuk menghindarinya.
Apa itu Middle Income Trap?
Middle income trap adalah kondisi di mana sebuah negara terjebak di tengah-tengah dalam kategori pendapatan menengah tanpa kemajuan menuju kategori pendapatan tinggi. Negara-negara yang terperangkap dalam middle income trap biasanya mengalami pertumbuhan ekonomi yang lambat dan kesulitan untuk melampaui batas pendapatan menengah.
Sementara itu, menurut Bank Dunia (World Bank) yang disadur Kompas, middle income trap adalah istilah yang mengacu pada keadaan ketika sebuah negara berhasil mencapai ke tingkat pendapatan menengah, tetapi tidak dapat keluar dari tingkatan tersebut untuk menjadi negara maju.
Menariknya, per 1 Juli 2021 lalu, Bank Dunia (World Bank) menurunkan status kelas Indonesia dari negara berpenghasilan menengah atas atau upper middle income country menjadi negara berpenghasilan menengah ke bawah atau lower middle income country.
Artinya, Indonesia hanya bertahan satu tahun berada di kelas negara berpenghasilan menengah atas. Hal ini disebabkan adanya pandemi COVID-19 yang menyebabkan penurunan pendapatan nasional bruto (gross national income/GNI) dari 4.050 USD di tahun 2019 menjadi 3.870 USD saja.
Menurut Menteri Keuangan Sri Mulyani, saat ini ada cukup banyak negara yang terjebak dalam middle income trap, di mana kurang dari 20 negara saja yang berhasil keluar dari fenomena ini.
“Dunia menghadapi berbagai dinamika yang tentu berimbas pada perjalanan Indonesia ke depan. Indonesia saat ini adalah middle income country, dan kita semua tahu di dalam pengalaman lebih dari 190 negara di dunia, mayoritas mereka berhenti di middle income. Artinya ada fenomena yang disebut middle income trap. Tidak banyak negara di dunia ini, kurang dari 20 yang bisa menembus middle income trap,” kata Sri Mulyani dalam webinar yang digelar CSIS Indonesia bertajuk “CSIS dan Transformasi Ekonomi Menuju Indonesia 2045”, Rabu (4/8/2021). (Berita Satu)
Baca Juga: Investasi Publik: Pengertian, Jenis, dan Hambatannya
Faktor Penyebab Middle Income Trap
Ada beberapa penyebab utama yang dapat menyebabkan negara terperangkap dalam middle income trap, di antaranya adalah:
-
Keterbatasan Inovasi
Negara mungkin mengalami kesulitan dalam mengembangkan industri yang inovatif dan berorientasi pada pasar global, sehingga pertumbuhan ekonominya terhambat.
-
Infrastruktur yang Kurang Berkembang
Infrastruktur yang tidak memadai dapat menjadi hambatan bagi pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, karena hal ini dapat menghambat efisiensi dalam produksi dan distribusi.
-
Ketergantungan pada Industri Tertentu
Ketergantungan yang berlebihan pada industri atau sumber daya alam tertentu dapat membuat negara rentan terhadap fluktuasi harga pasar global.
-
Rendahnya Kualitas Sumber Daya Manusia
Kualitas pendidikan dan keterampilan tenaga kerja yang rendah dapat menghambat kemampuan negara untuk berinovasi dan meningkatkan produktivitas.
-
Korupsi dan Ketidakstabilan Politik
Korupsi dan ketidakstabilan politik dapat merusak iklim bisnis dan investasi, menghambat pertumbuhan ekonomi jangka panjang.
-
Kurangnya Keterlibatan Swasta
Keterlibatan swasta yang kurang dapat menghambat pertumbuhan sektor swasta yang kuat, yang merupakan kunci untuk menciptakan lapangan kerja dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif.
-
Ketidakseimbangan Pembangunan Regional
Ketidakseimbangan dalam pembangunan antar wilayah dapat menciptakan ketimpangan ekonomi dan sosial yang dapat menghambat pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan.
Baca Juga: 11 Jenis Investasi Terbaik untuk Keamanan Finansial di Masa Depan
Cara Mengatasi Middle Income Trap
Solusi mengatasi middle income trap memerlukan serangkaian kebijakan ekonomi yang tepat dan berkelanjutan. Beberapa cara yang dapat dilakukan antara lain:
-
Diversifikasi Ekonomi
Negara perlu melakukan diversifikasi ekonomi untuk mengurangi ketergantungan pada sektor atau sumber daya alam tertentu. Hal ini dapat dilakukan dengan mengembangkan sektor-sektor baru yang inovatif dan berorientasi pada pasar global.
-
Investasi dalam Inovasi dan Teknologi
Negara perlu meningkatkan investasi dalam inovasi dan teknologi untuk meningkatkan produktivitas dan daya saing ekonomi. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan insentif kepada sektor swasta untuk berinvestasi dalam riset dan pengembangan.
-
Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia
Negara perlu meningkatkan kualitas pendidikan dan pelatihan tenaga kerja untuk meningkatkan produktivitas dan daya saing ekonomi. Hal ini dapat dilakukan dengan meningkatkan akses pendidikan yang berkualitas dan relevan dengan kebutuhan pasar kerja.
-
Peningkatan Infrastruktur
Negara perlu meningkatkan infrastruktur untuk meningkatkan efisiensi dalam produksi dan distribusi. Hal ini dapat dilakukan dengan membangun jaringan transportasi dan telekomunikasi yang modern dan efisien.
-
Reformasi Struktural
Negara perlu melakukan reformasi struktural dalam berbagai aspek ekonomi, termasuk kebijakan fiskal, moneter, dan perdagangan. Hal ini dapat dilakukan untuk menciptakan iklim bisnis yang kondusif untuk pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
-
Promosi Investasi Asing
Negara perlu melakukan promosi investasi asing untuk meningkatkan akses pasar global dan teknologi baru. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan insentif kepada investor asing untuk berinvestasi di negara tersebut.
-
Kolaborasi antara Pemerintah dan Swasta
Negara perlu mendorong kolaborasi antara pemerintah dan sektor swasta untuk mengembangkan sektor-sektor baru yang berpotensi untuk pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Baca Juga: Apa itu Hilirisasi? Ini Pengertian, Contoh, & Manfaatnya
Investasi Crowdfunding lewat Bizhare dan #AmankanMasaDepanMu Sekarang
Mengelola investasi dengan bijak menjadi semakin penting di tengah dinamika ekonomi yang makin tidak bisa ditebak. Salah satu cara untuk melindungi diri dari dampak risiko penyusutan nilai ekonomi adalah dengan melakukan investasi yang cerdas, cermat, dan terukur.
Apabila Anda menginvestasikan uang pada saham, sukuk, reksa dana, emas, berlian, atau bisnis franchise, Anda akan menghasilkan uang lewat passive income selama 24 jam, bahkan saat tidur sekalipun.
Baca Lengkap: Skema Investasi Bisnis & Pendanaan di Bizhare, Transparan & Aman!
Dengan memiliki sumber passive income yang stabil, Anda dapat lebih siap menghadapi ketidakpastian ekonomi, khususnya selama resesi. Masa depan Anda akan terjamin damai, tenang, dan bahagia.
Salah satunya, Anda bisa berinvestasi di aneka jenis platform crowdfunding seperti Bizhare. Bizhare menyediakan layanan investasi dengan jumlah mulai dari Rp10 juta. Secara eksklusif, Bizhare juga menawarkan investasi khusus dengan nilai mulai dari Rp50 juta, tentunya dengan jaminan dividend yield yang lebih besar.
Ada banyak keunggulan yang ditawarkan Bizhare, salah satunya adalah kenyamanan dalam berinvestasi dengan jumlah yang sesuai dengan kemampuan Anda. Selain itu, Bizhare telah terdaftar dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK), yang memberikan perlindungan tambahan bagi para investor.
Baca Lengkap: Panduan Berinvestasi di Bizhare
Bersama platform securities crowdfunding pertama Indonesia Bizhare, amankan masa depan Anda dengan kemerdekaan finansial seutuhnya. Jika Anda adalah salah satu orang yang ingin masa depannya cerah, silakan klik button di bawah ini.