Historical Cost: Pengertian, Prinsip, & Perbedaan dengan Fair Value
3 menit baca
Dalam dunia akuntansi, berbagai konsep dan metode digunakan untuk mencatat dan melaporkan transaksi keuangan. Salah satu konsep yang sering digunakan adalah historical cost. Artikel ini akan membahas pengertian historical cost, prinsip-prinsip yang mendasarinya, serta perbedaan antara historical cost dan fair value.
Pengertian Historical Cost
Historical cost adalah metode pencatatan aset berdasarkan harga perolehan asli atau harga saat aset tersebut dibeli. Dengan kata lain, historical cost mencerminkan biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh aset tersebut pada waktu pembelian, tanpa mempertimbangkan perubahan nilai pasar yang mungkin terjadi di masa depan.
Sebagai contoh, jika sebuah perusahaan membeli gedung seharga Rp1 miliar pada tahun 2020, maka gedung tersebut akan dicatat dalam laporan keuangan dengan nilai Rp 1 miliar, meskipun nilai pasar gedung tersebut mungkin telah berubah seiring berjalannya waktu.
Baca Juga: Panduan Membuat Perencanaan Keuangan Pribadi
Keunggulan Historical Cost
Dalam dunia akuntansi, metode historical cost merupakan salah satu pendekatan yang paling banyak digunakan untuk mencatat aset dan kewajiban. Metode ini mencatat nilai berdasarkan biaya awal pembelian, sehingga memberikan sejumlah keunggulan yang signifikan bagi perusahaan dan para pemangku kepentingan.
-
Lebih Objektif
Salah satu keunggulan utama dari metode historical cost adalah objektivitas dan keandalannya. Nilai yang dicatat didasarkan pada harga transaksi yang sebenarnya terjadi, bukan perkiraan atau penilaian subjektif. Hal ini membuat data yang dihasilkan lebih dapat diandalkan dan bebas dari bias.
-
Kemudahan Verifikasi
Data historical cost mudah diverifikasi karena didukung oleh bukti transaksi yang konkret, seperti faktur atau kwitansi. Ini mempermudah auditor dalam mengecek kebenaran dan keakuratan catatan keuangan, serta memberikan kepastian bagi pemangku kepentingan bahwa laporan keuangan yang disajikan adalah akurat.
-
Stabilitas Nilai
Nilai aset yang dicatat berdasarkan historical cost tidak berubah-ubah seiring fluktuasi pasar. Hal ini memberikan stabilitas dalam laporan keuangan, yang sangat berguna untuk perencanaan dan analisis keuangan jangka panjang.
Baca Juga: Ingin Sukses? Adopsi 15 Pola Pikir Pengusaha Berikut Ini!
Keterbatasan Historical Cost
Meskipun metode historical cost memiliki banyak keunggulan, metode ini juga tidak luput dari sejumlah keterbatasan yang perlu diperhatikan. Keterbatasan ini dapat mempengaruhi relevansi dan akurasi informasi keuangan yang disajikan kepada para pengguna laporan keuangan.
-
Kurang Relevan dalam Kondisi Ekonomi yang Dinamis
Salah satu keterbatasan terbesar dari historical cost adalah kurangnya relevansi dalam kondisi ekonomi yang berubah. Harga aset yang dicatat mungkin tidak mencerminkan nilai pasar saat ini, sehingga laporan keuangan bisa memberikan gambaran yang tidak akurat tentang posisi keuangan perusahaan.
-
Tidak Menggambarkan Nilai Pasar
Metode ini tidak memperhitungkan perubahan nilai pasar yang terjadi setelah aset dibeli. Aset yang dicatat pada historical cost mungkin memiliki nilai pasar yang jauh lebih tinggi atau lebih rendah, yang bisa menyesatkan pengguna laporan keuangan dalam pengambilan keputusan ekonomi.
-
Mengabaikan Inflasi
Historical cost tidak memperhitungkan dampak inflasi, yang bisa mengurangi daya beli nilai yang tercatat. Dalam periode inflasi tinggi, nilai historical cost bisa sangat berbeda dengan nilai riil saat ini, membuat laporan keuangan menjadi kurang bermanfaat untuk analisis yang akurat.
Baca Juga: Perbedaan Reksa Dana dan Saham, Mana yang Lebih Cocok untuk Anda?
Perbedaan Historical Cost dan Fair Value
Historical cost adalah metode pencatatan aset yang didasarkan pada harga perolehan asli atau harga saat aset tersebut dibeli. Sementara itu, fair value adalah metode pencatatan aset berdasarkan nilai pasar saat ini.
Fair value mencerminkan harga yang dapat diterima jika aset tersebut dijual dalam kondisi pasar yang wajar pada tanggal pelaporan. Metode ini lebih dinamis dan mencerminkan nilai aktual aset sesuai dengan kondisi pasar terkini.
Baca Juga: Laporan Keuangan Perusahaan: Manfaat, Jenis, dan Unsurnya
Awas Investasi Bodong! Investasi #TransparanBikinAman Hanya di Bizhare
Seiring makin banyaknya kasus investasi bodong di Indonesia, Bizhare, platform securities crowdfunding nomor 1 di Indonesia berkomitmen untuk menjunjung asas transparansi dan keamanan secara end-to-end.
Melalui Bizhare, Anda dapat berinvestasi dalam aneka bisnis franchise dengan lebih percaya diri. Dukungan dari Bizhare dalam menerapkan tips-tips aman bertransaksi online, seperti menggunakan sistem pembayaran yang terverifikasi dan memeriksa track record bisnis, berhasil memberikan kepastian bahwa investasi Anda dilakukan sesuai dengan prosedur yang benar dan dijamin terhindar dari risiko penipuan.
Secara rutin, Bizhare juga melakukan evaluasi dan pengawasan terhadap bisnis-bisnis tersebut secara berkala. Laporan keuangan tiap bisnis juga selalu diterbitkan tiap bulan agar bisa dipantau oleh para investor.
Hal ini merupakan komitmen Bizhare agar para investor, baik lama maupun baru, bisa terus berinvestasi di Bizhare, karena seperti slogan andalannya, #TransparanBikinAman.
Baca Lengkap: Skema Investasi Bisnis & Pendanaan di Bizhare, Transparan & Aman!
Tak heran, berkat konsistensi Bizhare dalam menjunjung transparansi dan keamanan berinvestasi, Bizhare berhasil mendapatkan izin resmi dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dengan nomor SK: 38/D.04/2021 sebagai Penyelenggara Securities Crowdfunding. Artinya, Bizhare beroperasi sesuai dengan standar dan regulasi yang ketat.
Bizhare juga sudah mendapatkan Sertifikasi ISO/IEC 27001:2013 dari Société Générale de Surveillance (SGS), auditor independen yang terdaftar resmi di Kementerian Komunikasi dan Informatika RI. Dengan demikian, Bizhare memastikan bahwa data investor aman dan tidak akan bocor.
Untuk informasi lebih lengkap mengenai #TransparanBikinAman, silakan tekan button di bawah ini.