16 December 2023
6 menit baca

Devaluasi: Pengertian, Jenis, Penyebab, & Contohnya

6 menit baca

devaluasi adalah

 

Devaluasi adalah istilah yang sering kita dengar dalam dunia ekonomi, terutama ketika berbicara tentang mata uang dan kebijakan moneter. Namun, apa sebenarnya yang dimaksud dengan devaluasi? Artikel ini akan menggali lebih dalam tentang devaluasi, termasuk definisinya, dampaknya, dan alasan di balik tindakan ini.

 

Pengertian Devaluasi

 

Dilansir Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), devaluasi adalah penurunan nilai uang yang dilakukan dengan sengaja terhadap uang luar negeri atau terhadap emas. Hal ini biasanya dilakukan untuk memperbaiki kondisi perekonomian. 

 

Sementara itu, menurut Leni Permana dalam buku Ekonomi 2: Sekolah Menengah Atas Kelas XI (2009), devaluasi adalah tindakan pemerintah untuk menurunkan nilai mata uang negaranya terhadap nilai mata uang negara lain secara mendadak dan dalam perbedaan yang cukup besar atau penurunan nilai-nilai tukar secara resmi atas mata uang domestik terhadap valuta asing atau mata uang dari negara-negara lain.

 

Dari dua penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa devaluasi adalah tindakan sengaja yang diambil oleh pemerintah atau otoritas moneter suatu negara untuk menurunkan nilai mata uang nasional terhadap mata uang asing atau emas. 

 

Faktanya, devaluasi biasanya digunakan dalam situasi-situasi tertentu ketika suatu negara menghadapi tekanan ekonomi yang signifikan. Tujuan devaluasi dapat sangat bervariasi, seperti meningkatkan daya saing ekspor, mengurangi defisit perdagangan, atau mengatasi masalah inflasi.

 

Baca Juga: Inilah 3 Sumber Pendapatan Negara Indonesia yang Terbesar

 

Tujuan Devaluasi

 

Devaluasi adalah suatu tindakan yang tidak diambil secara sembrono, melainkan dilakukan dengan pertimbangan matang oleh pemerintah atau otoritas moneter suatu negara. Tujuan dari devaluasi adalah mencapai sejumlah target dan perbaikan tertentu dalam kondisi ekonomi negara tersebut. Berikut adalah beberapa tujuan utama dari devaluasi:

 

  • Meningkatkan Daya Saing Ekspor

Salah satu tujuan utama devaluasi adalah untuk meningkatkan daya saing ekspor suatu negara. Dengan menurunkan nilai mata uang nasional terhadap mata uang asing, produk-produk dari negara tersebut menjadi lebih terjangkau bagi pasar internasional. Harga yang lebih rendah akan membuat produk lokal lebih menarik bagi konsumen dan bisnis di luar negeri, sehingga meningkatkan ekspor dan meredakan tekanan pada neraca perdagangan.

 

  • Mengurangi Defisit Neraca Perdagangan

Devaluasi dapat membantu mengatasi masalah defisit neraca perdagangan. Defisit terjadi ketika nilai impor suatu negara melebihi nilai ekspornya, sehingga negara harus membayar lebih banyak mata uang asing untuk memenuhi kebutuhan impor. Dengan menurunkan nilai mata uang nasional, devaluasi dapat mengurangi defisit tersebut dengan membuat produk impor lebih mahal, mendorong konsumen untuk memilih produk dalam negeri.

 

  • Meningkatkan Penerimaan Devisa

Devaluasi dapat meningkatkan penerimaan devisa melalui dua cara. Pertama, dengan meningkatkan ekspor, negara akan mendapatkan lebih banyak pendapatan dalam mata uang asing. Kedua, jika ada peningkatan dalam sektor pariwisata, wisatawan asing akan lebih tertarik untuk berkunjung karena harga menjadi lebih terjangkau. Keduanya dapat meningkatkan penerimaan devisa negara.

 

  • Mengatasi Inflasi

Salah satu alasan devaluasi adalah mengatasi inflasi. Ketika suatu negara menghadapi inflasi yang tinggi, harga-harga barang impor yang lebih mahal dapat menjadi pendorong inflasi yang lebih tinggi. Dengan menurunkan nilai mata uang nasional, devaluasi dapat mengendalikan inflasi dengan membuat harga barang impor lebih tinggi, sehingga mengurangi tekanan pada inflasi domestik.

 

Baca Juga: Perbedaan Inflasi dan Deflasi & Pengaruhnya terhadap Perekonomian

 

  • Melunakkan Beban Utang Asing

Devaluasi dapat membantu mengurangi beban utang asing suatu negara. Dengan menurunkan nilai mata uang nasional, jumlah utang dalam mata uang asing akan lebih rendah dalam mata uang domestik setelah devaluasi. Ini bisa membantu mengurangi tekanan terhadap pembayaran bunga dan pokok utang asing.

 

  • Meningkatkan Daya Saing Industri Nasional

Devaluasi dapat memberikan dorongan kepada industri nasional dengan membuat produk dalam negeri lebih kompetitif di pasar internasional. Ketika mata uang nasional melemah, harga produk lokal cenderung lebih rendah daripada produk serupa dari negara lain, sehingga menciptakan peluang ekspor yang lebih baik.

 

  • Mengatasi Masalah Ketidakseimbangan Ekonomi

Devaluasi dapat digunakan sebagai alat untuk mengatasi masalah ketidakseimbangan ekonomi, termasuk neraca perdagangan yang buruk, defisit anggaran, atau krisis keuangan. Ini adalah salah satu instrumen kebijakan ekonomi yang dapat membantu negara untuk mencapai keseimbangan ekonomi yang lebih baik.

 

Faktor Penyebab Devaluasi

 

Sejumlah faktor ekonomi dan situasi tertentu dapat menjadi pendorong atau penyebab devaluasi. Berikut adalah beberapa faktor utama yang dapat menyebabkan devaluasi:

 

  • Neraca Perdagangan Defisit

Neraca perdagangan yang defisit terjadi ketika suatu negara lebih banyak mengimpor daripada mengekspor. Defisit ini menciptakan permintaan yang tinggi terhadap mata uang asing, yang pada gilirannya dapat menyebabkan penurunan nilai mata uang nasional. Devaluasi dapat membantu mengatasi masalah neraca perdagangan dengan membuat produk impor lebih mahal, mendorong konsumen dan bisnis untuk lebih memilih produk-produk dalam negeri.

 

  • Inflasi Tinggi

Inflasi yang tinggi dapat membuat mata uang kehilangan daya beli. Saat mata uang nasional mengalami inflasi yang signifikan, nilai tukarnya cenderung turun. Ini terjadi karena mata uang dengan inflasi yang lebih rendah menjadi lebih menarik bagi investor. Dengan mengurangi nilai mata uang nasional, devaluasi dapat membantu mengendalikan inflasi dengan membuat harga barang impor lebih tinggi.

 

  • Sentimen Pasar

Sentimen pasar dapat memainkan peran penting dalam devaluasi. Spekulasi dan kekhawatiran pasar terhadap kondisi ekonomi suatu negara dapat memicu tekanan negatif pada mata uang nasional. Jika investor kehilangan kepercayaan pada stabilitas ekonomi atau politik negara tersebut, mereka mungkin akan mulai menjual mata uangnya. Hal ini dapat menyebabkan penurunan nilai mata uang nasional.

 

  • Krisis Keuangan

Krisis keuangan atau ketidakstabilan ekonomi seringkali memicu devaluasi. Selama situasi krisis, banyak investor cenderung mencari aset yang lebih aman, seperti mata uang asing yang dianggap lebih stabil. Hal ini dapat menyebabkan mata uang nasional mengalami penurunan nilai yang signifikan.

 

  • Intervensi Bank Sentral

Bank sentral suatu negara dapat melakukan intervensi pasar untuk meredakan atau memicu devaluasi. Mereka dapat membeli atau menjual mata uang nasional atau mata uang asing untuk memengaruhi nilai tukar. Intervensi semacam ini bisa dilakukan sebagai upaya untuk menjaga stabilitas nilai tukar atau untuk mengatasi ketidakseimbangan ekonomi.

 

  • Kebijakan Moneter

Kebijakan suku bunga dan kebijakan moneter lainnya yang diambil oleh bank sentral juga dapat mempengaruhi nilai mata uang. Misalnya, penurunan suku bunga oleh bank sentral dapat membuat mata uang nasional kurang menarik bagi investor, yang kemungkinan akan mencari mata uang dengan suku bunga yang lebih tinggi. Dalam situasi ini, nilai mata uang nasional dapat turun.

 

  • Pengaruh Faktor Eksternal

Faktor eksternal, seperti perubahan harga komoditas, ketidakstabilan geopolitik, atau peristiwa internasional penting, juga dapat berdampak signifikan pada nilai tukar mata uang. Peristiwa seperti krisis minyak, perubahan kebijakan perdagangan internasional, atau konflik politik dapat memicu pergerakan mata uang.

 

Jenis-Jenis Devaluasi

Devaluasi adalah instrumen kebijakan moneter yang dapat diterapkan oleh pemerintah atau bank sentral suatu negara. Terdapat beberapa jenis devaluasi, masing-masing dengan karakteristik dan dampak yang berbeda. Berikut adalah jenis-jenis devaluasi yang umum terjadi:

 

  • Smooth Devaluation (Depresiasi hingga 5% per tahun)

Smooth devaluation adalah jenis devaluasi di mana nilai mata uang nasional secara perlahan turun hingga sekitar 5% per tahun. Tingkat devaluasi ini cenderung tidak berdampak besar pada perekonomian, karena fluktuasi nilainya masih berada dalam rentang nilai tukar yang biasa terjadi.

 

  • Moderate Devaluation (Depresiasi hingga 5-15% per tahun)

Rentang depresiasi moderat antara 5 hingga 15% per tahun dapat memberikan dorongan pada sektor ekspor. Kebijakan ini membuat harga produk dalam mata uang asing menjadi lebih terjangkau, yang dapat meningkatkan daya saing produk dalam negeri di pasar internasional. Selain itu, devaluasi sedang juga memiliki dampak yang lebih terbatas pada biaya impor.

 

  • Rapid Devaluation (Depresiasi hingga 15-25% per tahun)

Rapid devaluation terjadi ketika nilai mata uang nasional turun sekitar 15 hingga 25% per tahun. Kebijakan ini memiliki potensi untuk mempercepat pertumbuhan ekspor dalam waktu singkat. Namun, perlu diingat bahwa devaluasi cepat juga membawa dampak pada konsumen lokal, karena mereka akan merasakan kenaikan harga produk impor yang signifikan.

 

  • Galloping Devaluation (Depresiasi lebih dari 25% per tahun)

Devaluasi ekstrim terjadi ketika mata uang nasional mengalami penurunan lebih dari 25% per tahun. Kebijakan ini termasuk dalam kategori berisiko tinggi dan dapat merusak perekonomian negara. Dampaknya pada eksportir bisa mengurangi kegiatan ekspor secara signifikan atau bahkan menghentikannya sama sekali.

 

Baca Juga: Perbedaan Obligasi Korporasi & Obligasi Pemerintah, Mana yang Terbaik?

 

Contoh Devaluasi

 

Devaluasi sering kali diambil oleh pemerintah atau bank sentral dalam upaya mengatasi masalah ekonomi tertentu atau mencapai tujuan kebijakan tertentu. Berikut adalah beberapa contoh devaluasi yang terjadi dalam sejarah:

 

  1. Devaluasi Yuan (Renminbi) Tiongkok

Pada tahun 2015, pemerintah Tiongkok secara resmi mengizinkan mata uangnya, yuan atau renminbi, untuk mengalami devaluasi terkontrol. Tujuannya adalah untuk merespons perlambatan pertumbuhan ekonomi dan tekanan dari mitra dagang internasional. Tiongkok mengikuti kebijakan devaluasi yang bertahap dengan menurunkan nilai tukar yuan terhadap dolar AS. Langkah ini bertujuan untuk meningkatkan daya saing ekspor produk Tiongkok di pasar global.

 

  • Krisis Keuangan Asia 1997-1998

Selama krisis keuangan Asia pada akhir 1990-an, beberapa negara seperti Thailand, Indonesia, dan Korea Selatan mengalami devaluasi yang signifikan dalam upaya mengatasi tekanan ekonomi. Krisis ini dipicu oleh sejumlah faktor ekonomi dan finansial, termasuk spekulasi mata uang dan defisit neraca perdagangan yang tinggi. Devaluasi mata uang negara-negara ini terjadi mendadak dan menyebabkan penurunan nilai tukar yang dramatis.

 

  • Devaluasi Argentina 2001

Argentina mengalami devaluasi besar-besaran pada tahun 2001 sebagai bagian dari krisis ekonomi yang lebih besar. Kejatuhan ekonomi dan perbankan yang parah menyebabkan nilai peso Argentina merosot secara dramatis. Devaluasi ini bertujuan untuk mengatasi defisit neraca perdagangan yang tinggi dan masalah ekonomi lainnya. Dampaknya, meskipun dapat membantu sektor ekspor Argentina, juga menyebabkan konsekuensi sosial dan ekonomi yang berat.

 

  • Devaluasi Poundsterling Inggris 1967

Inggris mengalami devaluasi poundsterling sebesar 14,3% pada tahun 1967. Kebijakan devaluasi ini diumumkan oleh Perdana Menteri Harold Wilson dalam upaya mengatasi masalah neraca perdagangan yang buruk. Devaluasi tersebut bertujuan untuk meningkatkan daya saing produk Inggris di pasar internasional dan mendongkrak ekspor.

 

Devaluasi adalah tindakan yang kompleks dalam dunia ekonomi. Meskipun bisa memiliki sejumlah dampak positif, juga bisa menyebabkan dampak negatif, terutama dalam hal inflasi. Keputusan untuk melakukan devaluasi selalu didasarkan pada situasi ekonomi suatu negara dan tujuan yang ingin dicapai oleh pemerintah. Dalam kebijakan ekonomi, penting untuk mempertimbangkan manfaat dan risiko dari devaluasi secara cermat.

1026 Reads
Author: Bizhare Contributor
354 Suka