Buyback Saham: Pengertian, Cara Kerja, dan Keuntungannya
5 menit baca
Pernah mendengar buyback saham? Istilah ini sangat familiar dalam dunia bisnis dan menjadi salah satu cara perusahaan untuk menjaga likuiditasnya. Apa maksudnya, dan kira-kira seperti apa prosesnya? Berikut penjelasan lengkapnya.
Pengertian Buyback Saham
Buyback saham adalah aksi yang dilakukan emiten atau perusahaan dengan cara membeli sahamnya sendiri. Strategi ini kerap efektif dalam meningkatkan keuntungan, di mana mereka membeli saham yang telah beredar di pasar modal.
Buyback saham perlu dilakukan agar jumlah kepemilikan saham publik dalam perusahaan bisa semakin berkurang. Dengan demikian, likuiditasnya bisa terjaga.
Tak hanya itu, strategi ini juga dilakukan untuk meningkatkan nilai saham. Dengan membeli saham mereka kembali, tentu jumlah saham yang terbit di pasar modal menjadi sedikit. Konsekuensinya, harga saham perusahaan meningkat.
Terakhir, buyback saham sering dilakukan guna mencegah pemegang saham untuk bisa mengontrol pergerakan harga dari emiten. Hasil buyback saham juga bisa dijual kembali ketika tren harga sedang mengalami kenaikan.
Baca Juga: Mengenal Instrumen Investasi, Jangka Waktu, Hingga Jenis-Jenisnya
Tujuan Buyback Saham
Dari penjelasan di atas, bisa disimpulkan bahwa membeli kembali saham sangat penting untuk menyiasati geliat perekonomian yang kian tak pasti. Untuk lebih jelasnya, di bawah ini Bizhare jelaskan tujuan buyback saham.
Meminimalisir terjadinya penurunan harga
Apabila permintaan lebih rendah dibanding jumlah saham yang beredar, maka mau tidak mau perusahaan harus menurunkan harga saham tersebut serendah mungkin.
Untuk mencegah tindakan tersebut, perusahaan perlu melakukan tindakan buyback saham. Tujuannya untuk mengurangi jumlah saham yang terbit di pasar reguler. Harapannya, jumlah permintaan yang tinggi bisa membuat nilai saham kembali naik.
Mempersiapkan cadangan modal
Kegiatan pembelian kembali saham ini nantinya akan menghasilkan treasury stock atau cadangan modal perusahaan. Nantinya, saham tersebut bisa dijual kembali saat harga yang beredar mengalami kenaikan. Tentu saja, strategi ini membuat perusahaan menjadi untung besar.
Meningkatkan rasio keuangan
Salah satu alasan emiten melakukan pembelian kembali saham adalah untuk meningkatkan rasio keuangan. Hal ini terjadi untuk mengurangi jumlah saham di pasar reguler.
Biasanya, rasio keuangan dijadikan patokan oleh investor yang akan membeli saham. Ketika jumlah saham sedikit, maka rasio Earning per Share (EPS) akan mengalami lonjakan signifikan.
Tindakan pembelian kembali oleh perusahaan akan membuat perubahan rasio keuangan seperti EPS, ROA, dan REO. Anda bisa ikut melakukan kegiatan ini dengan mengikuti tender offer.
Cara Kerja Buyback Saham
Cara perusahaan melakukan proses buyback saham ternyata cukup kompleks. Secara garis besar, ada dua cara yang bisa dilakukan perusahaan. Penjelasan lengkapnya bisa Anda baca di bawah ini.
Tender Offer
Tender offer adalah cara yang dilakukan perusahaan membeli kembali sahamnya. Caranya dengan menjual saham kepada shareholder. Biasanya, harga saham akan ditentukan oleh emiten. Ini sebabnya harga saham di pasar reguler jauh lebih mahal.
Nilai premium atau harga yang lebih besar bisa memberikan kompensasi pada investor untuk menawarkan saham mereka dibandingkan harus menahannya. Hal ini bisa memberikan peluang keuntungan yang besar.
Open Market
Open market adalah kegiatan emiten dengan membeli kembali saham di pasar reguler. Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya kerugian yang besar. Riwayat transaksi di pasar berpeluang meningkatkan nilai saham yang diterbitkan. Open market juga bisa membuat permintaan di pasar meningkat dua kali lipat.
Perusahaan dapat mendanai buyback dengan cara berutang, uang tunai, atau arus kas dari operasional. Buyback saham yang diperluas mempercepat rencana buyback saham perusahaan. Hal ini bisa menyebabkan kontraksi yang lebih cepat dari float sahamnya.
Keuntungan Buyback Saham
Saat ini ada banyak perusahaan yang lebih mendahulukan buyback saham daripada ekspansi perusahaan. Strategi ini diklaim mendulang keuntungan jauh lebih banyak dengan effort yang tidak besar. Selain itu, ada beberapa keuntungan buyback saham yang bisa didapat perusahaan dan investor. Berikut penjelasannya.
Mempengaruhi Harga Saham
Menurut teori permintaan dan penawaran, membeli saham yang beredar akan membuat harganya naik. Perusahaan juga berpeluang mendapatkan keuntungan, apalagi jika saham dijual lagi dengan harga yang lebih tinggi.
Selain itu, perusahaan juga bisa menguasai lebih banyak persentase kepemilikan perusahaan. Jika ada perusahaan lain yang memiliki saham lebih besar, pembagian hak atau kekuatan suara saat RUPS akan terbagi.
Nah, buyback saham dapat menghindarkan perusahaan lain yang ingin memiliki bagian perusahaan lebih banyak. Dengan demikian, perusahaan utama bisa tetap memiliki saham sendiri.
Meningkatkan Rasio Keuangan
Biasanya, tujuan utama perusahaan membeli kembali sahamnya adalah untuk meningkatkan rasio keuangan, secara khusus Earning Per Share (EPS). Strategi ini terbukti efektif dan sering digunakan oleh berbagai perusahaan.
EPS sendiri adalah rasio yang umum dijadikan tolok ukur oleh investor saat menilai fundamental sebuah saham. Makin tinggi nilainya, makin menarik pula saham tersebut untuk dibeli dan dikoleksi.
Saat melakukan buyback, jumlah saham yang beredar di pasar otomatis berkurang. Alhasil, nilai pembagi pada rumus EPS akan makin kecil. Hal tersebut membuat hasil rasio EPS menjadi lebih tinggi.
Baca Juga: Rekomendasi Daftar Broker Saham Terbaik di Indonesia dan Internasional
Mengurangi Likuiditas Saham Di Pasar
Apabila saham yang berada di bursa efek lebih banyak, maka harga saham perusahaan akan lebih sulit meningkat. Akibatnya, tingkat likuiditasnya menjadi rendah dan kurang menguntungkan.
Selain itu, harga saham perusahaan akan berjalan lebih lambat dan dinilai kurang profit. Itu sebabnya, perusahaan dapat membeli kembali sahamnya agar memudahkan kenaikan harganya di pasar. Hal itu dipengaruhi jumlah saham yang beredar lebih sedikit.
Nilai Saham Investor Akan Meningkat
Buyback saham tidak hanya memberikan keuntungan bagi perusahaan, melainkan juga para investornya secara langsung. Ketika perusahaan membeli lagi sahamnya, maka nilai investasi para investor akan meningkat.
Tak heran, banyak yang merekomendasikan strategi ini, biarpun harga jualnya ke pasar akan naik pada level tertentu saja. Transaksi jual beli saham akan menjadi lebih mudah, dan transaksi harian akan bergerak positif.
Contoh Buyback Saham
Sebuah perusahaan mengumumkan program buyback saham untuk membeli kembali 10 persen dari sahamnya yang beredar pada harga pasar saat ini.
Perusahaan tersebut memiliki pendapatan US$1 juta dan 1 juta saham beredar sebelum buyback, sama dengan EPS sebesar US$1. Diperdagangkan dengan harga saham US$20 per saham, rasio P/E-nya adalah 20.
Dengan demikian, semua yang lain dianggap sama, 100.000 saham akan dibeli kembali dan EPS baru akan menjadi $1,11 atau $1 juta dalam pendapatan yang tersebar di 900.000 saham. Untuk menjaga rasio P/E yang sama sebesar 20, saham perlu diperdagangkan naik 11 persen menjadi US$22,22.
Kritik Buyback Saham
Biarpun menguntungkan, buyback saham ternyata membawa pengaruh negatif kepada perusahaan. Strategi ini bisa memberi kesan pada investor bahwa perusahaan tak punya peluang lain yang menguntungkan untuk pertumbuhan investasi mereka. Hal tersebut juga jadi masalah bagi investor pertumbuhan yang mencari pendapatan serta peningkatan laba.
Selain itu, korporasi tidak berkewajiban untuk membeli kembali saham karena perubahan di pasar atau ekonomi. Buyback saham bisa membawa nilai perusahaan turun apabila ekonomi mengalami penurunan atau perusahaan menghadapi masalah keuangan yang tidak dapat ditanggungnya.
Ada juga yang beranggapan bahwa kadang-kadang buyback menjadi cara untuk menaikkan harga saham secara artifisial di pasar dan juga dapat menghasilkan bonus eksekutif lebih tinggi.
Semoga artikel Bizhare ini mampu mencerahkan wawasan Anda seputar arti buyback saham, proses pembelian, serta keuntungan dan risikonya bagi perusahaan. Hal yang paling penting adalah mengenali dan memahami istilah-istilah dalam dunia investasi agar Anda bisa meminimalisir kerugian dan juga memahami prosesnya.