Memahami Likuiditas Investasi dan Cara Menghitungnya
3 menit baca
Likuiditas investasi adalah salah satu faktor penting yang wajib diperhatikan investor. Hal itu karena faktor ini mampu menentukan arah investasi ke depannya. Itu sebabnya, bagi Anda yang tertarik menjadi investor, pahami dulu definisi, contoh, dan cara menghitung likuiditas dalam aset investasi.
Pengertian Likuiditas Investasi
Likuiditas investasi adalah kemudahan sebuah aset dicairkan ke dalam bentuk uang kas. Semakin mudah dan cepat aset itu berubah jadi uang, semakin tinggi pula tingkat likuiditasnya.
“Likuiditas” sendiri berasal dari kata “liquid” yang berarti “cair”. Ketika sebuah aset mudah dicairkan, manfaat yang dirasakan akan semakin cepat dan menguntungkan bagi pemiliknya.
Masing-masing aset investasi punya tingkat likuiditasnya sendiri, mulai dari saham, properti, P2P lending, reksadana, obligasi, dan lainnya. Dengan mempelajarinya, Anda bisa mengetahui potensi keuntungan yang dimiliki masing-masing aset.
Kenapa Likuiditas itu Penting bagi Perusahaan Investasi?
Likuiditas sangat penting bagi perusahaan investasi karena menjadi penentu apakah perusahaan dapat menutupi kewajiban jangka pendek atau tidak. Tak hanya itu, likuiditas juga dijadikan acuan untuk menilai kemampuan perusahaan dalam membiayai kebutuhan atau kegiatan operasional.
Likuiditas juga sangat penting karena memengaruhi kebijakan perusahaan. Likuiditas yang tinggi mampu memberikan kesempatan bagi perusahaan investasi untuk mencadangkan kas jangka pendek. Kas ini sangat bermanfaat untuk kebutuhan mendesak ataupun pembiayaan dalam waktu dekat.
Hal itu terjadi karena aset likuid harus mudah dan cepat dijual. Perusahaan harus memiliki aset likuid yang cukup untuk menutupi kewajiban jangka pendeknya, contohnya tagihan bulanan atau gaji karyawan.
Contoh Likuiditas dalam Investasi
Ada banyak contoh likuiditas dalam investasi, seperti uang tunai, saham, obligasi, hingga aset-aset lain yang setara dengan uang kas. Berikut penjelasan selengkapnya.
1. Uang Tunai
Uang tunai atau kas adalah aset yang paling likuid karena bisa langsung digunakan dalam membeli atau menjual sesuatu.
2. Kas Terbatas (Restricted Cash)
Kas terbatas adalah setoran tunai yang dilakukan perusahaan untuk kewajiban di masa depan. Hanya saja, setoran ini dianggap tidak likuid jika dibatasi secara legal seperti kompensasi terhadap pinjaman.
3. Surat Berharga
Surat berharga adalah instrumen keuangan yang dapat diperjualbelikan di pasar publik. Likuiditasnya berkaitan dengan volume perdagangan harian surat berharga tersebut. Contohnya adalah saham atau obligasi.
Baca Juga: Penjelasan Obligasi, Jenis, dan Perbedaan dengan Saham
4. Setara Uang Kas
Setara kas maksudnya adalah surat berharga dan instrumen yang dapat ditukar dengan kas, contohnya seperti tagihan dan surat berharga komersial.
5. Kredit
Kredit yang tidak digunakan seperti jalur kredit dapat membantu entitas untuk mencapai likuiditas. Hanya saja, fasilitas tersebut mungkin tunduk pada persyaratan yang membuat likuiditasnya berkurang daripada uang tunai dalam krisis likuiditas. Misalnya, jika terjadi krisis keuangan global, bank mungkin memiliki insentif untuk mencabut jalur kredit.
Cara Menghitung Likuiditas Aset Investasi
Untuk menghitung likuiditas investasi, Anda harus melibatkan harga ask dan harga bid. Nantinya, keduanya akan menghasilkan biaya transaksi atau disebut spread. Perhitungan ini biasanya diterapkan untuk saham.
Harga ask adalah harga penawaran terendah pada suatu investasi, sedangkan harga bid adalah harga tertinggi yang dipasang investor. Berikut cara menghitung likuiditas investasi.
S = PA – PB
S (dalam %) = (PA – PB) / ((PA + PB) / 2))
Keterangan:
S = Spread atau biaya transaksi
PA = Harga ask
PB = Harga bid
Jika hasil spread yang didapatkan di bawah 10%, likuiditas yang dimiliki aset investasi tersebut termasuk tinggi. Sebaliknya, jika hasil spread yang didapatkan di atas 10%, maka likuiditas aset tersebut termasuk rendah.
Dari artikel di atas, bisa disimpulkan bahwa likuiditas investasi sangat penting, baik bagi perusahaan maupun investor. Dengan mempelajarinya, Anda bisa menyusun strategi yang matang agar mampu mendapatkan keuntungan maksimal.