26 November 2024
5 menit baca

Intangible Asset: Contoh, Pengertian, dan Cara Menghitungnya

5 menit baca

Contoh Intangible Asset, Pengertian, dan Cara Menghitungnya

 

Dalam dunia bisnis, aset merupakan salah satu komponen penting yang dapat mempengaruhi nilai dan kinerja perusahaan. Aset tidak hanya berbentuk fisik seperti bangunan, mesin, atau inventaris, tetapi juga berbentuk non-fisik yang disebut dengan intangible asset. Artikel ini akan membahas secara mendalam tentang pengertian, perbedaan, contoh, dan cara menghitung intangible asset.

 

Apa itu Intangible Asset?

Intangible asset adalah aset yang tidak memiliki bentuk fisik, tetapi memiliki nilai ekonomi bagi perusahaan. Aset ini mencakup hak-hak legal atau kepemilikan tertentu yang memberikan keuntungan pada perusahaan, misalnya hak paten, hak cipta, merek dagang, dan goodwill. Meskipun tidak berwujud secara fisik, aset ini tetap penting karena dapat memberikan nilai tambah serta daya saing yang kuat bagi perusahaan.

 

Aset tidak berwujud berbeda dengan aset fisik yang dapat dilihat atau disentuh, seperti gedung atau kendaraan. Intangible asset lebih abstrak, misalnya lisensi software, ekuitas merek, atau hak cipta. Nilai dari aset ini sering kali dipengaruhi oleh popularitas atau kekuatan pasar dari perusahaan. Perusahaan yang memiliki banyak aset tidak berwujud cenderung memiliki nilai pasar yang lebih tinggi dibandingkan nilai bukunya. Oleh karena itu, penting bagi perusahaan untuk memahami bagaimana mengelola dan menghitung nilai intangible asset mereka.

 

Perbedaan Tangible dan Intangible Asset

Untuk memahami lebih dalam mengenai intangible asset, penting untuk membedakannya dengan tangible asset atau aset berwujud. Berikut beberapa aspek utama yang membedakan kedua jenis aset ini:

 

  1. Wujud Fisik

Perbedaan pertama dan paling mencolok antara tangible asset dan intangible asset adalah wujud fisiknya. Tangible asset memiliki wujud fisik yang bisa dilihat dan disentuh, misalnya bangunan, kendaraan, mesin, dan peralatan. Sementara itu, intangible asset tidak memiliki bentuk fisik dan tidak bisa dilihat maupun disentuh. Aset ini lebih bersifat abstrak, namun memberikan hak kepemilikan atau hak ekonomi tertentu bagi pemegangnya.

 

  1. Nilai yang Dimiliki

Nilai tangible asset lebih mudah diukur karena memiliki wujud fisik dan harganya lebih stabil. Misalnya, harga gedung, mesin, atau tanah dapat ditentukan berdasarkan harga pasar. Sementara itu, nilai intangible asset cenderung lebih sulit diukur karena dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti loyalitas pelanggan, brand equity, dan daya tarik di pasar. Nilai intangible asset sering kali ditentukan berdasarkan potensi keuntungan yang dapat dihasilkan di masa depan, yang membuat proses penilaiannya lebih kompleks.

 

  1. Umur Aset

Tangible asset biasanya memiliki umur ekonomis yang bisa ditentukan, misalnya umur mesin yang dapat digunakan selama 10 tahun atau bangunan yang memiliki umur sekitar 30 tahun. Setelah umur ekonomis tersebut berakhir, aset fisik akan mengalami depresiasi. Sebaliknya, intangible asset seringkali memiliki umur ekonomis yang tidak pasti. Beberapa intangible asset seperti goodwill atau ekuitas merek bisa memiliki umur yang sangat panjang, selama perusahaan atau merek tersebut tetap memiliki pelanggan atau reputasi yang baik di pasar.

 

  1. Likuiditas

Tangible asset umumnya lebih likuid dibandingkan dengan intangible asset, karena aset berwujud lebih mudah dijual atau dikonversi menjadi uang tunai. Misalnya, tanah atau kendaraan dapat dijual dalam jangka waktu tertentu. Sementara itu, intangible asset cenderung sulit dijual karena nilai yang dimilikinya tidak selalu terwujud secara fisik dan kadang tidak dapat dialihkan dengan mudah. Selain itu, proses valuasi intangible asset biasanya lebih rumit dan memerlukan penilaian yang lebih detail.

 

Contoh Intangible Asset

Intangible asset terdiri dari berbagai jenis, masing-masing memiliki karakteristik unik yang berbeda. Berikut beberapa contoh intangible asset adalah:

 

  1. Hak Paten

Hak paten adalah hak eksklusif yang diberikan kepada penemu atas suatu penemuan tertentu. Hak ini memungkinkan pemegangnya untuk mengkomersialkan atau melisensikan penemuan tersebut, serta melindunginya dari penggunaan oleh pihak lain tanpa izin. Paten biasanya berlaku selama 20 tahun, tergantung peraturan di masing-masing negara. Contoh paten yang dimiliki oleh perusahaan teknologi seperti Apple atau Samsung bisa mencakup inovasi produk atau teknologi tertentu.

 

  1. Hak Cipta

Hak cipta merupakan hak eksklusif yang diberikan kepada pencipta karya orisinal, seperti buku, musik, film, atau karya seni lainnya. Hak cipta memberikan perlindungan terhadap penggunaan, penyalinan, atau pendistribusian karya tersebut tanpa izin penciptanya. Hak cipta biasanya berlangsung seumur hidup pencipta ditambah beberapa tahun setelah kematiannya, tergantung pada peraturan di masing-masing negara. Hak cipta memungkinkan pencipta untuk mengendalikan dan memanfaatkan karya mereka secara eksklusif.

 

  1. Ekuitas Merek

Ekuitas merek atau brand equity adalah nilai yang melekat pada merek tertentu. Ekuitas merek terbentuk dari persepsi positif konsumen terhadap merek tersebut, yang kemudian dapat meningkatkan daya saing perusahaan. Contoh merek dengan ekuitas tinggi adalah Coca-Cola atau Nike, yang memiliki nilai merek yang besar dan berpengaruh terhadap loyalitas konsumen. Ekuitas merek seringkali diukur berdasarkan pengaruh merek terhadap keputusan pembelian konsumen dan daya tarik di pasar.

 

  1. Goodwill

Goodwill adalah nilai yang dimiliki perusahaan di luar aset berwujud dan berwujud, yang mencakup reputasi baik, hubungan dengan pelanggan, loyalitas, dan jaringan bisnis yang luas. Goodwill sering kali muncul ketika perusahaan diakuisisi atau dijual dengan harga yang lebih tinggi dari nilai aset bersihnya. Goodwill dapat menjadi indikasi dari keunggulan kompetitif perusahaan di pasar. Meskipun tidak memiliki bentuk fisik, goodwill tetap memiliki dampak signifikan terhadap nilai perusahaan secara keseluruhan.

 

  1. Perjanjian Waralaba

Perjanjian waralaba adalah kontrak yang memberikan hak kepada pihak lain untuk menggunakan nama merek, logo, dan model bisnis tertentu. Dalam waralaba, pihak yang membeli waralaba (franchisee) mendapatkan hak untuk menggunakan merek serta sistem bisnis dari pihak yang menjual waralaba (franchisor) dengan syarat dan ketentuan tertentu. Contoh perjanjian waralaba adalah penggunaan merek McDonald’s atau Starbucks oleh franchisee di berbagai negara.

 

Cara Menghitung Intangible Asset

Menghitung nilai intangible asset dapat menjadi tugas yang rumit karena melibatkan faktor-faktor yang bersifat tidak berwujud dan abstrak. Berikut beberapa metode umum yang digunakan untuk menghitung nilai intangible asset:

 

Metode Pasar (Market Approach)

Metode pasar adalah metode valuasi yang didasarkan pada harga pasar dari aset serupa. Dalam metode ini, nilai intangible asset ditentukan berdasarkan perbandingan dengan harga aset serupa di pasar. Contohnya, jika sebuah paten mirip di pasar memiliki harga tertentu, maka nilai paten perusahaan dapat ditentukan dengan acuan harga tersebut.

 

Metode Biaya (Cost Approach)

Metode biaya adalah metode yang menilai intangible asset berdasarkan biaya yang dikeluarkan untuk menciptakan atau memperoleh aset tersebut. Misalnya, untuk menentukan nilai hak cipta dari sebuah perangkat lunak, perusahaan bisa menggunakan biaya yang dikeluarkan selama proses pembuatan perangkat lunak tersebut, termasuk biaya penelitian, pengembangan, dan pengujian.

 

Metode Pendapatan (Income Approach)

Metode pendapatan adalah metode yang menilai intangible asset berdasarkan potensi pendapatan yang bisa dihasilkan oleh aset tersebut di masa depan. Misalnya, dalam menghitung nilai ekuitas merek, perusahaan bisa memperkirakan peningkatan pendapatan yang dihasilkan oleh merek tersebut. Metode ini sering kali menggunakan proyeksi pendapatan atau arus kas yang akan diperoleh dari aset tidak berwujud.

 

Diskon Arus Kas (Discounted Cash Flow)

Diskon arus kas atau discounted cash flow (DCF) adalah metode yang digunakan untuk memperkirakan nilai aset dengan menghitung nilai sekarang dari arus kas masa depan yang dihasilkan oleh aset tersebut. Dalam metode ini, perusahaan menghitung nilai sekarang dari proyeksi arus kas masa depan yang dapat dihasilkan oleh intangible asset, seperti lisensi, paten, atau ekuitas merek, dengan menggunakan tingkat diskonto yang sesuai.

 

Metode Relief from Royalty

Metode relief from royalty adalah metode yang menghitung nilai intangible asset berdasarkan biaya royalti yang dapat dihindari dengan memiliki aset tersebut. Misalnya, perusahaan yang memiliki hak paten dapat menghindari pembayaran royalti kepada pemilik paten lainnya untuk menggunakan teknologi serupa. Metode ini menghitung nilai aset berdasarkan jumlah royalti yang dapat dihindari jika perusahaan memiliki hak tersebut.

 

Dengan menggunakan metode valuasi yang tepat, perusahaan dapat menentukan nilai intangible asset dengan lebih akurat. Mengelola intangible asset dengan baik tidak hanya membantu meningkatkan keuntungan, tetapi juga membangun reputasi dan kredibilitas perusahaan dalam jangka panjang.

527 Reads
Author: David
Tags:
32 Suka